“Miyos Gangsa (keluarnya Gamelan Sekati dari keraton ke pagongan), Kondur Gangsa (kembalinya Gamelan Sekati dari pagongan ke keraton) termasuk udhik-udhik, tidak dilakukan,” ucapnya.
GKR Condrokirono menyebut esensi dari pelaksanaan Garebeg tidaklah hilang yaitu sebagai perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan kepada rakyatnya.
Hal ini adalah bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi. (*)
BACA JUGA: Lebih Kekinian, Keraton Yogyakarta Kemas Ulang Penyajian Budaya
Video populer saat ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News