Rektor UWM: Warisan Budaya Bisa Dimaksimalkan via Ekonomi Kreatif

02 Oktober 2021 20:00

GenPI.co Jogja - Rektor Universitas Widaya Mataram (UWM) Edy Suandi Hamid mengatakan, warisan budaya bisa diberdayakan melalui pendekatan ekonomi kreatif.

Salah satu cara yang bisa dilakukan ialah memanfaatkan teknologi berbasis kreativitas.

Menurut Edy, era digitalisasi seperti saat ini merupakan momentum menjual objek warisan sejarah.

BACA JUGA:  Potensi Budaya Mulai Redup, Ini Upaya Pemkot Yogyakarta

“Pemasaran warisan budaya Yogyakarta tidak mungkin dipasarkan secara konvensional,” kata Edy dalam simposium nasional bertema Warisan Budaya dalam Perspektif Sejarah dan Film.pada rangkaian Dies Natalis ke-39 UWM, Sabtu (2/10).

Edy menjelaskan, warisan budaya sangat penting untuk dilestarikan dan dikelola secara tepat.

BACA JUGA:  Budaya di Yogyakarta Disebut Unik, Warga Diharap Bisa Manfaatkan

Caranya ialah melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan lokal atau tradisional.

“Jika warisan budaya itu tidak dilestarikan atau berkurang jumlahnya, warisan budaya perlahan-lahan tentu akan berdampak tidak baik bagi DIY,” ucap Edy.

BACA JUGA:  Lebih Kekinian, Keraton Yogyakarta Kemas Ulang Penyajian Budaya

Sementara itu, GKR Mangkubumi yang ikut dalam symposium nasional tersebut menjelaskan Keraton Yogyakarta, pemerintah pusat, maupun pemprov mempunyai kesepakatan untuk menjaga warisan budaya. “Pengembangan fasilitas pariwisata dalam bentuk pembangunan tol, rel kereta, dan fasilitas lainnya disesuaikan dengan peta wilayah warisan budaya (Keraton Yogyakarta),” kata GKR Mangkubumi.

Menurut GKR Mangkubumi, sinergi kebudayaan dan pariwisata harus seimbang, baik dari segi kepentingan kebudayaan maupun manfaat bagi masyarakat.

“Ketika kita mempertahankan warisan budaya, ada pengakuan misalnya dari UNESCO. pengembangan pariwisata jangan menggerus keberadaan warisan budaya,” ujar dia.

Di sisi lain, sutradara Hanung Bramantyo lebih banyak mengulas peran film dalam sejarah manusia.

Hanung mengatakan seseorang bisa merekam kejadian nyata yang hidup di masyarakat dengan kamera.

Menurut Hanung, pembuat film memanfaatkan kejadian itu untuk

menciptakan trik yang didukung editing, special effect, musik, dekorasi, kostum, aktor berbakat.

Dengan demikian, karya bisa merangsang imajinasi dan perasaan penonton yang ditampilkan lewat serangkaian cerita yang menyentuh.

“Pada khirnya penonton merasa kagum, simpatik, dan meyakini kejadian di film merupakan kejadian sesungguhnya,” kata Hanung. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA