Pagelaran Jamasan Tombak Kyai Wijaya Mukti di Pemkot Jogja

04 September 2021 14:30

GenPI.co Jogja- Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menggelar jamasan (memandikan/membersihkan) pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti sebagai cara untuk menjaga agar kondisi pusaka pemberian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada 2000 tersebut.

Jamasan atau memandikan pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti itu guna tetap dalam kondisi prima meskipun tombak tersebut sudah berusia satu abad.

"Jamasan ini untuk membersihkan pusaka dengan cara mencucinya. Karena rutin dibersihkan dengan bahan-bahan yang baik, pusaka pun dalam kondisi yang prima meski sudah berusia 100 tahun," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi.

Tombak pusaka dari Keraton Yogyakarta tersebut merupakan senjata yang dibuat pada 1921 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII.

Pusaka tersebut kemudian diserahkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X kepada Pemerintah Kota Yogyakarta yang diterima oleh Wali Kota Yogyakarta R Widagdo (1991-2001).

Menurut Heroe, perawatan pusaka merupakan kegiatan yang wajib dilakukan karena membersihkan pusaka dapat diartikan dengan menjaga amanah atau kepercayaan yang sudah diberikan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.

"Pusaka ini dapat diibaratkan layaknya sebuah surat keputusan yang berisi amanah agar Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja dengan baik untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyatnya," katanya.

Amanah bagi pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat tersebut juga tersirat dari pamor di mata tombak yaitu "wos wutah wengkon" yang melambangkan melimpahnya kemakmuran rakyat dan "dhapur kudhuping gambir" yang berarti titik awal dari berseminya harapan di Kota Yogyakarta.

Dalam budaya Jawa, pusaka bukan hanya berfungsi sebagai senjata atau alat, melainkan terhubung dengan unsur spiritual. Sehari-hari, pusaka tersebut ditempatkan di ruang kerja Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetty Martanti mengatakan jamasan pusaka merupakan bagian dari prosesi budaya yang perlu tetap dilestarikan meski dihadapkan pada banyak keterbatasan akibat pandemi Covid-19.

"Kegiatan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sehingga ada pembatasan pada tamu undangan," katanya.

Sebelum pandemi, lanjut Yetty, jamasan biasanya juga diikuti oleh banyak pusaka milik masyarakat umum, tetapi saat pandemi hanya dibatasi untuk pusaka yang ada di Pemkot Yogyakarta saja.(ANT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hartanto Ardi Saputra

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA