Pemkab Bantul Dorong Pengembangan Agroforestry

Pemkab Bantul Dorong Pengembangan Agroforestry - GenPI.co JOGJA
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dan Kepala DLHK DIY Kuncoro Cahyo Aji saat penanaman pohon untuk pengembangan hutan agroforestry di alas Pengkol, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul, DIY. Kamis (2/9/2021) (Foto ANTARA/HO/Humas Pemkab Bantul)

GenPI.co Jogja- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong pengembangan hutan agroforestry atau kegiatan pengelolaan pohon kayu-kayuan dengan tanaman buah-buahan di alas Pengkol, Desa Sriharjo yang dicanangkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY.

"Desa Sriharjo ini potensinya memang forestry dan pariwisata, dan karena masih pandemi digabungkanlah kegiatan penanaman pohon agroforestry dengan vaksinasi Covid-19. Bagus, manfaat dua duanya dapat," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih usai penanaman pohon agroforestry di Bantul, Kamis.

Menurut dia, di Desa Sriharjo yang sebagian wilayah dilintasi Kali Oya sebagai daya tarik wisata alam ini banyak dijumpai tanaman keras atau tanaman hutan penghasil kayu, selain itu juga mudah ditemui tanaman buah, sehingga keterpaduan pengelolaan kedua jenis tanaman itu pptensi dikembangkan.

"Jadi memang alamnya memungkinkan untuk tanaman buah, sehingga tepat kalau Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY melakukan penanaman agroforestry ini dengan lokasi di alas Pengkol Desa Sriharjo," katanya.

Apalagi, kata Bupati, wilayah alas Pengkol berada tidak jauh dari bantaran Kali Oya yang setiap tahun pada musim hujan rawan banjir luapan sungai, sehingga selain berfungsi sebagai menjaga kelestarian lingkungan, hutan agroforestry juga meminimalkan erosi bantaran sungai.

"Harapannya selain untuk agroforestry juga ada fungsi talud bagi Kali Oya ini, kita tahu Kali oya setiap tahun hampir selalu mengalami banjir, sehingga penanaman di bantaran Kali Oya ini menjadi penting sebagai talud alami bagi kali tersebut," katanya.

Bupati mengatakan, dengan pengembangan hutan agroforestry oleh DLHK DIY bekerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat, tentunya selain memberikan dampak positif bagi ekonomi melalui pemanfaatan hasil, juga membantu pemerintah dalam mengendalikan banjir.

"Di daerah sini rawan banjir, dan longsor, sehingga kalau kita bangun talud dari beton berapa miliar biayanya, tetapi itu sedang kita pikirkan bagaimana di titik-titik rawan bisa kita perkuat dengan talud buatan di samping talud alami dari tanaman ini," katanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya