Hasto mengatakan, pasangan yang memutuskan untuk childfree mungkin akan cenderung lebih rentan dengan perceraian. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kehadiran anak, mungkin dapat membuat konflik antara suami dan istri lebih besar walaupun persoalannya mungkin sepele.
"Kekuatan keluarga adalah anak, tanpa memiliki anak, kalau ada konflik yang berat, konflik itu akan semakin berat," kata Hasto.
Ia memaparkan, sejak tahun 2017, angka perceraian meningkat signifikan. Dari jumlah pernikahan 2 juta per tahunnya, angka perceraian per tahun mendekekati 300 ribu.
"Ini saya kira mengkhawatirkan dan sebagian besar adalah permintaan istri. Hampir 75 persen perceraian di Indonesia adalah inisiatif istri. Ini bukan kesalahan istri, namun menunjukkan bahwa suami tidak bisa menjadi pemimpin atau kepala keluarga yang baik," kata Hasto.
Adapun faktor utama penyebab perceraian secara umum adalah seperti perselingkuhan, ekonomi, ketidakstabilan emosi, kurangnya rasa hormat terhadap pasangan, dan lain-lain.
BKKBN telah menyiapkan beberapa tools untuk para pasangan calon keluarga, untuk menilai kesiapan mereka. Mulai dari dari kesiapan usia, fisik, mental, finansial, moral, emosi, sosial, interpersonal, keterampilan hidup, dan kesiapan intelektual. Secara praktis bisa dilihat dicoba melalui situs web siapnikah.org. (ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News