GenPI.co Jogja - Kabupaten Sleman terancam mengalami defisit beras jika alih fungsi lahan terus terjadi.
Warga di wilayah ini pun diminta untuk tidak boros pangan.
Plt Kepala Dinas Pertanian Sleman Suparmono mengatakan diperkirakan pada 2022-2023 Sleman bisa defisit beras jika alih lahan dan cara konsumsi pangan masih sepeti ini.
Suparmono mengungkapkan saat ini memang masih surplus beras 70 ribu ton. Angka tersebut mengalami penurunan, sebab beberapa waktu lalu surplus bisa mencapai 100 ribu ton.
“Ini turun terus dari tahun ke tahun,” katanya dalam keterangan tertulisnya, yang dikutip Rabu (6/10).
Suparmono mengungkapkan menurut perhitungan dalam 1 kilogram beras terdapat 50 ribu butir.
Jika penduduk Sleman masing-masing menyisakan 1 butir nasi, maka jumlah nasi yang terbuang sebesar 24,7 ton per tahun.
“Artinya banyak sekali pangan kita terbuang yang seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pangan,” tuturnya.
Terpisah Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengungkapkan salah satu penyebab pemborosan pangan yakni perilaku konsumsi pangan.
Menruutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang tidak menghargai pangan, seperti makan tidak habis, belanja berlebihan.
Kemudian gengsi menghabiskan makanan, hasil pertanian dibiarkan busuk akibat harga rendah, dan lainnya.
Kustini mengajak kepada warganya untuk makan secukupnya dan tidak menyisakan nasi yang sudah dipiring.
“Mari mulai menghargai pangan,” ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News