GenPI.co Jogja - Yuniarti, seorang petani cabai di Kabupaten Gunungkidul yang tak hanya mampu menggapai cita-citanya.
Namun dirinya juga berhasil meningkatkan ekonomi bagi warga kampungnya.
Dia merupakan petani cabai dari Gebang, Girisuko, Kecamatan Panggang.
Dulunya petani di kampung ini bertanam jagung dan kacang karena menyesuaikan lahan yang dipunya yakni tandus dan banyak bebatuan.
Tetapi hasil yang didapatkan dari pertanian tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh petani.
“Saya berpikir menanam apa yang bisa menguntungkan,” kata Yuniarti, dikutip dari Youtube Capcapung, Kamis (24/2).
Yuniarti lalu menanam cabai. Dia awalnya sendirian menanam komoditas ini. Karena hasilnya sudah terlihat, beberapa tetangga pun ada yang ikut.
“Masalah bibit, kami yang kasih. Punya atau tidak punya uang, yang penting nanam. Besok kalau sudah ada hasilnya baru bayar,” tuturnya.
Cabai yang ditanam di lahan tandus bebatuan tersebut varietas trisula.
Karena media tanamnya berupa lahan bebatuan, maka yang harus diperhatikan adalah pemakaian pupuk.
“Pertama, bikin lahan kasih pupuk kandang, karena lahan batu. Kalau ada yang ngeluh cabainya tak bagus, saya datang apa kurang pupuk atau apa,” ujarnya.
Pada awal tanam kelompok tani Gebang dengan 70 anggota ini sudah mampu menghasilkan cabai 50 ton.
“Kalau harga terendahnya Rp10 ribu per kilogram, kan sudah mencapai Rp500 juta,” kata dia.
Yuniarti telah mampu menggapai cita-citanya untuk bisa hidup mandiri tanpa tergantung orang lain.
“Prinsip hidup saya, hidup mandiri yang tidak tergantung orang lain. Saya bekerja dari nol, belajar dan akhirnya mandiri,” ujarnya.
Yuniarti juga merasa puas ilmu yang dimilikinya bisa berguna bagi para petani di kampungnya.
“Saya punya ilmu, saya sebarkan ke orang-orang. Benar-benar bahagia,” ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News