GenPI.co Jogja - Perajin tempe di Kota Yogyakarta memilih mengecilkan produknya dibanding menaikkan harganya.
Strategi ini dilakukan untuk menyiasati harga kedelai yang sejak Januari lalu terus naik.
Salah seorang perajin tempe di Kota Yogyakarta Mukhamad Ridloi mengatakan tempe produksinya saat ini lebih kecil dan ringan.
“Harganya tidak naik, tapi ukurannya yang dikurangi,” katanya dikutip dari Antara, Rabu (23/2).
Ridloi mengungkapkan pada kondisi normal untuk pembuatan satu papan tempe biasanya menghabiskan 500 gram.
Namun saat ini dikurangi menjadi 400 gram, sehingga bentuk tempe menjadi lebih kecil.
Ridloi mengatakan sejak Januari harga kedelai terus mengalami kenaikan.
Semula satu kilogramnya sebesar Rp9 ribu, dan kini lebih dari Rp11 ribu.
Menurutnya, harga kedelai tersebut menjadi yang paling mahal saat ini.
“Dulu kenaikan kedelai dari Rp7 ribu per kilogram menjadi Rp9 ribu,” ujarnya.
Ridloi menambahkan, minyak goreng yang langka juga berpengaruh pada penjualan tempe.
“Banyak pedagang gorengan libur karena minyak goreng langka. Tempe, penjualannya jadi berkurang,” ucapnya.
Sebelumnya, perajin tempe di Kabupaten Gunungkidul juga memilih memperkecil ukuran produksi tempenya karena kedelai yang semakin mahal. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News