Aplikasikan Ilmu, Seorang Ibu di Sleman Sukses Bertani Anggrek

13 Februari 2022 11:00

GenPI.co Jogja - Lilik Watiyasita, tetap bertahan menggeluti profesinya sebagai petani anggrek meski sempat beberapa kali jatuh.

Ita, sapaan akrabnya, menjadi petani anggrek di Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman sudah sekitar 20 tahun.

Dia mampu bangkit dan memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya sebagai petani.

BACA JUGA:  Resign dari Manajer BUMN, Warga di Sleman Pilih Ternak Kambing

“Alhamdulillah, kenapa saya bertahan karena saya cinta dengan bertani,” katanya dikutip dari Youtube Capcapung, Minggu (13/2).

Ita mengatakan memilih menjadi petani karena ingin punya usaha tetapi masih tetap di rumah, sehingga bisa mengurus keluarga dan tetap bisa produktif.

BACA JUGA:  Resign dari Dosen, Vita Sukses Jadi Peternak Domba di Sleman

Ita mengenyam pendidikan tinggi bidang ekonomi dan perbankan. Dari latar belakang tersebut diaplikasikannya ke profesinya sebagai petani anggrek.

“Di ekonomi, saya bisa menjual apa yang bisa saya tanam,” ujarnya.

BACA JUGA:  Inspiratif! Kisah Pria Asal Sleman Sukses Ternak Kambing Domba

Kemudian di bidang perbankan, dirinya bisa mudah mendapat akses permodalan dari bank karena tahu penilaian bank terhadap suatu usaha yang akan didanai.

Ita mengaku beberapa kali budidaya anggrek yang dijalaninya jatuh. Pertama yakni ketika terjadi gempa Bantul, hanya dalam waktu 7 detik semua anggreknya hancur.

“Lahan seluas 1 hektar dengan 100 ribu pot anggrek saya hancur dalam waktu 7 detik. Itu nilai investasinya sekitar Rp500 juta,” tuturnya.

Kemudian terjadi erupsi Merapi dan erupsi Kelud yang membuat abu vulkaniknya mengguyur seluruh tanaman anggreknya.

Ita tetap memilih bangkit meski beberapa kali usaha yang digelutinya jatuh.

Dia juga berhasil memecahkan masalah dari sisi penjualan, yakni tanpa tergantung dengan pengepul.

“Saya menjual produk saya langsung ke pendekor atau toko bunga supaya mendapat nilai lebih,” ujarnya.

Ita mengatakan dengan menjual langsung ke konsumen akhir maka harga yang didapatkannya melebihi biaya produksi.

“Ilmu ekonomi saya masuk ke sana. Kalau anak muda mau jadi petani, harus tahu harga akhir dar produk kita berapa. Kita jual di harga tertinggi,” ujarnya.

Ita juga berpesan kepada anak muda yang ingin hidup bahagia dan tenang, bisa memilih profesi sebagai petani.

“Kalau mau kaya, punya restoran atau minimarket untuk hasil pertanian,” ucapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ridho Hidayat

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA