GenPI.co Jogja - Kelompok petani di Gunungkidul mengembangkan agrowisata petik timun untuk meminimalkan kerugian akibat harga hasil panen yang sangat murah.
Anggota Gapoktan Umbulrejo Pampang Budi Susilo mengatakan harga timun di tingkat petani menurun dari Rp 4 ribu – Rp 5 ribu menjadi Rp 2.500 per kilogramnya.
“Petani mengeluh karena harga timun yang rendah. Oleh karena tiu, kami membuat agrowisata agar harga bisa stabil,” katanya dikutip dari Antara, Minggu (23/7).
Menurut dia, harga timun di tingkat petani idealnya sebesar Rp 3 ribu per kilogramnya. Tetapi saat ini sudah di bawah Rp 2 ribu bahkan tidak laku.
Harga timun suri yang dibeli oleh tengkulak sebesar Rp 3 ribu per kilogramnya. Kemudian dijual lagi menjadi Rp 5 ribu per kilogram.
“Penentuan harga itu di pasar. Jadi memang fluktuatif, sehingga kami membuat agrowisata petik timun langsung,” tuturnya.
Lahan yang ditanami timun suri di Pampang saat ini mencapai 3 ribu meter persegi dengan kapasitas panen 15 ton. Warga juga ada yang menanam buah dan sayur di lahan seluas 20 hektare.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait harga hortikultura di pasar.
Dia mencontohkan harga bawang merah petani di Gunungkidul yang mulai panen cenderung stabil. Tetapi ketika daerah lain juga panen, maka akan menurun.
“Kalau daerah penghasil utama bawang merah seperti Brebes muali panen, maka harga akan menurun,” ucapnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News