Angkat Ekonomi Warga, BEM Fapet UGM Dampingi Peternak Tegaltirto

02 Desember 2021 13:30

GenPI.co Jogja - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan pendampingan terhadap para peternak di Desa Tegaltirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman.

Menurut ketua tim UGM, Rizky Aurell Fernanda, mayoritas warga Desa Tegaltirto merupakan peternak.

Setidaknya ada 17 kelompok peternak dengan populasi sapi sekitar 100 ekor yang ada di desa itu.

BACA JUGA:  Canggih! 3 Mahasiswa UGM Rancang Konsep Bisnis Ubin Listrik

Rizky mengatakan, para peternak di desa tersebut memiliki permasalahan seperti kebutuhan pakan hijauan, pengelolaan kotoran ternak, serta pendataan ternak.

“Berawal dari permasalahan tersebut BEM Fakultas Peternakan UGM menginisiasi program untuk mengoptimalisasi potensi peternakan di Tegaltirto,” katanya mengutip laman UGM, Kamis (2/12).

BACA JUGA:  Pakar UGM Menduga COVID-19 Juga Serang Saluran Pencernaan Manusia

Dalam pendampingan itu, BEM Fakultas Peternakan menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Berbah bersama dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Penyuluhan Pertanian Pangan dan Perikanan (BP4).

Rizky mengatakan, dalam pendampingan itu, pihaknya menjalankan program pembuatan pakan komplet yang memanfaatkan aneka limbah pertanian.

BACA JUGA:  Keren! 5 Mahasiswa UGM Meneliti Ubur-ubur Cegah Kanker Payudara

Lalu limbah itu ditambah sumber protein dan premix, kemudian difermentasi.

“Respons peternak sangat baik dan sudah diaplikasikan untuk beberapa ternak yang akan digunakan untuk usaha penggemukan,” tuturnya.

Mereka juga mengelola limbah kotoran ternak dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos yang ditambahkan bakteri dan limbah pertanian.

“Saat ini pupuk kompos sudah siap untuk dipasarkan. Pupuk kompos yang diproduksi dijual dalam dua kemasan yakni ukuran 5 kg dengan harga Rp8 ribu dan ukuran 10 kg dengan harga Rp15 ribu,” katanya.

Menurut Rizky, dari pengolahan limbah tersebut membuat nilai ekonomis kotoran sapi naik dari sebelumnya hanya Rp300-700 per kg.

Selain itu, BEM Peternakan UGM juga melakukan pendampingan kelompok ternak untuk mencatat secara berkala.

“Hasilnya, pencatatan ternak saat ini sudah mulai tertata dengan adanya identitas ternak,” kata Rizky.

Menurut Rizky, pencatatan kelahiran dan kematian jadi semakin mudah karena adanya kartu ternak.

“Adanya kartu ini memudahkan untuk mengamati bagaimana perkembangan kondisi induk khususnya karena usaha utama di desa ini yaitu pembiakan ternak,” tutupnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Budi Yuni Harto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA