Dosen UGM Sebut Keberagaman Masyarakat Jadi Tantangan Indonesia

30 November 2021 13:30

GenPI.co Jogja - Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Faturochman menyebut keberagaman akan kekayaan budaya, serta geografis menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.

“Kearifan lokal dan berbagai pengalaman akan menjadi sumber daya yang dapat dipelajari untuk mengelola harmoni dan kesatuan psikologis sosial,” ujarnya dalam Webinar Internasional CICP bertemakan “Challenges of Living in a Diverse Society”, yang digelar Fakultas Psikologi UGM, mengutip laman UGM, Selasa (30/11).

Menurut Fatur, jika masyarakat merespons keberagaman dengan toleransi akan menciptakan kedamaian.

BACA JUGA:  Dokter RSA UGM: Orang Berpendidikan Rendah Rentan Terkena TBC

Sebaliknya, keberagaman dapat menjadi konflik bila tidak ada rasa toleransi di dalam masyarakat.

Dosen FISIPOL UGM, Muhammad Najib Azca, menjelaskan hubungan antara keragaman dengan resolusi konflik.

BACA JUGA:  Top! Dosen Biologi UGM Raih 2 Penghargaan saat Belajar di Taiwan

A Framework for Conflict Analysis dapat terdiri dari profil, aktor, penyebab, dan dinamika yang terjadi pada suatu konflik,” jelasnya.

Menurut Najib, penyelesaian konflik dapat dilakukan lewat mediasi dan negosiasi.

BACA JUGA:  Keren Habis! 4 Mahasiswa UGM Sulap Larva Lalat Jadi Pakan Kucing

Sementara itu, Rogelia Pe-Pua dari School of Social Sciences University of New South Wales mencontohkan sistem masyarakat multikultural di Australia.

Menurut Rogelia, Australia memiliki masyarakat multikulturalisme paling sukses di dunia.

Hal ini karena adanya promosi tentang kesadaran pengetahuan, pengakuan budaya, perbedaan, serta keragaman yang ada.

Selain itu, juga perlu menciptakan kontak antar budaya positif yang dapat mengatasi rasisme dan diskriminasi, dan melibatkan media untuk meningkatkan hubungan yang erat antar individu.

Dia mengatakan, perguruan tinggi juga berperan dalam menciptakan masyarakat multikutural yang damai.

“Yaitu dengan terus melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan timbal balik antar budaya, media sosial, dan kohesi sosial sehingga dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai multikultiralisme di masyarakat,” jelasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Budi Yuni Harto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA