Pakar UGM: Guru Harus Bisa Membentuk Karakter Siswa Secara Daring

25 November 2021 23:00

GenPI.co Jogja - Pengamat kebijakan pendidikan Universitas Gadjah Mada (UGM), Agustinus Subarsono mengatakan, peran utama guru tetap sama baik sebelum dan sesudah pandemi COVID-19, yaitu mendidik karakter dan transfer ilmu pengetahuan pada anak didik.

Menurutnya, mendidik karakter bertujuan agar anak didik bisa menjadi jujur, percaya diri, memiliki komitmen, dan lain-lain.

Sedangkan mentransfer ilmu pengetahuan bertujuan agar anak didik bisa meningkatkan kognitif.

BACA JUGA:  Ciptakan Kampus Sehat, HPU UGM Dampingi 23 Perguruan Tinggi

“Di dalam masa pandemi ini ada satu peran lagi yang dibebankan guru yaitu soal merubah pola perilaku siswa. Bagaimana perilaku siswa itu berubah dari sebelum dan sesudah masa pandemi COVID-19, bagaimana siswa didorong untuk melakukan social distancing, bagaimana siswa diajar untuk sering mencuci tangan, bagaimana siswa diajar untuk tidak melakukan interaksi secara langsung dan berkelompok,” jelasnya, mengutip laman UGM, Kamis (25/11).

Menurutnya, untuk transfer ilmu pengetahuan tidak terlalu memiliki kendala dan tidak serumit dalam membentuk karakter.

BACA JUGA:  Wakil Rektor UGM Ungkap Alasan Burung Sering Ganggu Penerbangan

Karena, lanjutnya, pendidikan karakter idealnya dibentuk lewat pertemuan tatap muka.

Meski demikian, pembentukan karakter lewat daring juga tetap bisa dilakukan.

BACA JUGA:  Guru Besar UGM Ungkap Alasan Munculnya Radikalisme di Indonesia

Dengan beberapa kelemahan itu, menurutnya guru tetap bisa mengajarkan tepat waktu pada siswa, memberikan tugas-tugas, serta memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin dan tidak mengumpulkan tugas.

“Artinya dengan berbagai inovasi yang dilakukan guru, tetap bisa dilakukan. Meski tidak seoptimal jika tatap muka,” ujarnya.

Inovasi yang bisa dilakukan guru dalam pembelajaran daring yaitu dengan memutar video pendek yang menunjukkan karakter penting dari seorang tokoh seperti Jenderal Soedirman ataupun Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Setelah melihat tayangan masing-masing siswa diajak untuk berpendapat bagaimana persepsi mereka terhadap video tadi. Sehingga tidak hanya menggunakan cara konvensional, mengajar satu arah (one way communication),” tuturnya.

“Bisa pula dalam hal ini soal kelestarian lingkungan, ditayangkan dalam kelas online kemudian didiskusikan bagaimana kemudian siswa ikut tergerak turut dalam pelestarian lingkungan sekitarnya, semisal tidak buang sampah sembarangan, menanam pohon dan lain-lain,” tambahnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Budi Yuni Harto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA