Epidemiologi UGM: Gelombang Ketiga COVID Merupakan Keniscayaan

24 Oktober 2021 10:30

GenPI.co Jogja - Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono, menyebut jika prediksi gelombang ketiga COVID-19 pada Desember 2021-Januari 2022 merupakan keniscayaan.

“Kemungkinan adanya gelombang Covid-19 berikutnya adalah sebuah keniscayaan. Tinggal pertanyaanya itu kapan terjadi dan seberapa tinggi ini sangat tergantung dengan situasi yang berkembang di masyarakat,” sebutnya, Jumat dalam keterangan resmi UGM (22/10).

Ia mengatakan munculnya gelombang COVID-19 ketiga atau gelombang-gelombang berikutnya sangat tergantung pada kondisi di masyarakat.

BACA JUGA:  Temuan Kasus Siswa Terpapar COVID-19 di Sleman Sudah Ditangani

Menurutnya, mobilitas interaksi sosial dan kepatuhan dalam implementasi 3M yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker di masyarakat merupakan situasi yang bisa memicu gelombang COVID-19 ketiga nantinya.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini menyatakan, virus COVID-19 masih terus ada dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan.

BACA JUGA:  Waspada Gelombang Ketiga Covid-19! Ini Upaya RSUD Wates

Sementara, pada orang yang telah mendapatkan vaksin COVID-19, kekebalan yang didapat pun akan menurun seiring berjalannya waktu.

“Jadi, tidak hanya satu kali gelombang tiga lalu stop, tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global,” tuturnya.

BACA JUGA:  Waspada Covid-19 Gelombang Ketiga, Ini Kata Pakar

Terkait vaksinasi, menurutnya beberapa negara dengan tingkat vaksinasi relatif tinggi seperti Israel, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa bahkan saat ini pun tengah berjuang kembali dengan COVID-19 akibat munculnya varian Delta.

Riris menjelaskan, saat ada varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi, membutuhkan cakupan imunitas yang lebih tinggi dalam populasi.

Misalnya sebelum adanya varian Delta, untuk mendapatkan kekebalan kelompok sekitar 70% populasi harus sudah divaksin.

Namun, sejak adanya varian Delta, maka cakupan vaksinasi ditingkatkan menjadi 80%.

Kondisi tersebut dengan anggapan jika vaksin yang diberikan memiliki efektvitas 100%.

Ia juga menjelaskan, dengan kondisi tersebut, artinya vaksinasi di Indonesia untuk bisa mencapai 80% jika sekitar 230 juta penduduk sudah divaksin. Dalam pelaksanaannya pun seyogianya dilakukan dalam waktu kurang dari 6 bulan agar bisa terwujud kelompok.

“Ini kan sulit, misalnya sanggup pun kekebalan kelompok hanya bertahan beberapa saat dan akan terus berkurang,” tuturnya.

Oleh sebab itu, ia pun meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak lengah.

Walaupun saat ini kondisi tengah membaik, tetapi pandemi masih belum usai.

Sebab, risiko penularan hingga saat ini masih ada, terlebih saat adanya pelonggaran aktivitas di masyarakat.

“Saat penularan tinggi dilakukan intervensi besar-besaran dengan PPKM. Begitu terkendali aktivitas dilonggarakan karena tidak mungkin terus PPKM karena akan melumpuhkan perekonomian. Namun, pelonggaran ini berisiko penularan akan meningkat lagi,” urainya.

Karena itu, Riris kembali mengimbau masyarakat untuk tetap patuh menerapkan protokol kesehatan dan ia juga meminta pemerintah untuk memperkuat 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Budi Yuni Harto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA