GenPI.co Jogja - Suko Triyono pria di Kabupaten Bantul yang merupakan owner dari produk sereal umbi garut bernama Oriflakes sempat harus mengubur mimpinya untuk berwirausaha.
Sukhoy, panggilan akrabnya, mengatakan sebelum membuat produk Oriflakes ini dia sudah berusaha merintis usaha sebanyak delapan kali.
Dari delapan kali usaha itu, semuanya gagal. Dia lalu tetap menekuni menjadi seorang sales dari sebuah perusahaan.
“Saat menjadi sales, saya tidak puas karena kayaknya kurang cocok selalu di bawah tekanan orang. saya ingin lebih merdeka, membangun usaha sendiri,” katanya dikutip dari DNTrust, Senin (8/8).
Sukhoy lalu memutuskan resign dari pekerjaan. Dia bersama temannya bernama Fandi berencana membuat sebuah produk sereal.
Produk sereal ini dipilih, karena dia mempunyai latar belakang pendidikan pertanian dan keluarganya pun juga merupakan petani.
“Dulu ilmu dari kuliah, pernah menemui ada sereal yang bahannya dari umbi. Kami kemudian datang ke petani di daerah Pajangan,” ujarnya.
Sukhoy mengungkapkan dia dan rekannya itu lalu mencoba mencari bahan baku berupa umbi garut untuk pembuatan sereal.
Namun saat coba dibuat, ternyata hanya sedikit saja sereal yang berhasil dibuat. Dia lalu membawa umbi garut itu di dapur produksinya di Jalan Imogiri km 9.
“Ternyata hasilnya jauh lebih bagus setelah ditambahi komposisi dan semakin sempurna,” kata dia.
Sukhoy tak langsung memproduksi sereal dari umbi garut. Dia belum punya uang untuk modal dan sedang membutuhkan biaya untuk istri yang melahirkan.
“Saya minta tolong ke bapak (minta uang). Dikirimi Rp5 juta, yang rencana awal untuk usaha tapi digunakan biaya melahirkan,” ujarnya.
Dia harus menanggung biaya melahirkan karena belum mempunyai BPJS. Setelah semua urusan melahirkan selesai, Sukhoy dan istrinya diminta pulang untuk menjalankan profesi sebagai petani.
“Bapak ke Yogyakarta diminta balik ke rumah. Tidak usah mimpi berwirausaha lagi, balik ke pertanian,” katanya.
Ketika sampai di rumah, istrinya memberikan Sukhoy kalung emas yang merupakan mas kawin untuk dijual sebagai modal usaha.
“Kalung emas itu laku Rp5,5 juta. Saya lalu kembali ke Yogyakarta untuk mulai mengejar mimpi saya,” ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News