Saptuari Sugiharto, Pebisnis Yogyakarta Awali Usaha Tanpa Riba

14 Juli 2022 11:00

GenPI.co Jogja - Saptuari Sugiharto, memulai bisnis tanpa utang berupa rumah makan tengkleng hohah, dengan diawali bersedekah.

Saptuari merupakan pebisnis sukses asal Yogyakarta yang memiliki berbagai usaha seperti Kedai Digital, Tengkleng Hohah, dan beberapa lainnya.

Dia sempat tersangkut utang Rp2,1 miliar untuk menjalankan bisnis maupun mencukupi kebutuhan hidupnya.

BACA JUGA:  Saptuari Sugiharto, Pengusaha Yogyakarta yang Penuh Keterbatasan

Setelah berniat hijrah dari riba dan berhasil membayar seluruh utang, Saptuari bersama istrinya tak akan menuruti hawa nafsu untuk berutang lagi.

“Zaman dulu, teman punya mobil baru, ruko baru, hati panas. Sekarang kalau ada keinginan, beli ya harus cash bayarnya,” katanya dikutip dari Youtube Pecah Telur, Kamis (14/7).

BACA JUGA:  Saptuari Sugiharto, Pebisnis Yogyakarta pernah Utang Rp2,1 Miliar

Saptuari menyebut tidak ada kemuliaan dalam utang dan hidup tanpa utang itu nikmatnya luar biasa.

“Setelah hijrah, saya salat di masjid desa sebelah. Ada simbah yang mukenanya kotor, istri bilang mau beli mukena buat simbah,” tuturnya.

BACA JUGA:  Saptuari Sugiharto, Pebisnis Yogyakarta yang Hijrah dari Riba

Saptuari mengungkapkan setelah istrinya memberikan mukena kepada simbah itu, selang beberapa hari dirinya juga mendatangi rumahnya.

“Saya bersedekah ke simbah itu dan minta didoakan supaya usaha yang mau saya rintis bisa berhasil,” kata dia.

Setelah keluar dari rumah simbah itu, dia langsung melihat ada sebuah ruko yang oper kontrak. Saptuari pun langsung mencari pemiliknya untuk menyewa.

“Saat itu ditawarkan Rp45 juta sewanya. Saya hanya ada Rp20 juta, kemudian lobi bayar Rp20 juta dulu. Sisanya setelah jalan, dan Alhamdulillah pemiliknya mau,” ujarnya.

Saptuari membuat rumah makan tengkleng hohah di ruko itu dengan karyawan sebanyak 5 orang. Dia memakai alat-alat masak sisa dari usaha sebelumnya yang bangkrut.

“Bisnis itu nggak menunggu sempurna. Kalau nunggu sempurna, nggak bakal buka. Jalan dulu, sambil jalan kami betulkan,” ujarnya.

Tempat kuliner ini pun mampu berkembang. Di dinding bangunannya juga diselipkan tulisan-tulisan Saptuari mengenai bahaya utang.

“Tengkleng hohah sampai hari ini jadi jujukan turis di Yogyakarta, dan pengunjung suka foto tulisan di dinding. Jadi rumah makan pun bisa dijadikan untuk syiar,” ucapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ridho Hidayat

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA