Saptuari Sugiharto, Pengusaha Yogyakarta yang Penuh Keterbatasan

11 Juli 2022 11:00

GenPI.co Jogja - Saptuari Sugiharto, seorang pengusaha asal Yogyakarta yang melewati masa perjalanan hidup penuh dengan keterbatasan.

Saptuari merupakan pemilik usaha Kedai Digital, Tengkleng Hohah, dan beberapa lainnya di Yogyakarta.

Dia mengatakan pada kelas 5 SD harus ditinggalkan oleh ayahnya meninggal dunia karena sakit. Saptuari yang saat itu masih di Jakarta kemudian membantu berjualan es saudaranya.

BACA JUGA:  Belajar Otodidak, Pria di Bantul Ini Sukses Bikin Pisau Batik

Jualan es ini juga sempat dilakoninya saat sudah duduk di bangku SMP. Pernah ketika dirinya ingin mempunyai uang, mencoba peruntungan dengan ojek payung.

“Saat hujan deras, sudah mau ke jalan untuk ojek payung kok tiba-tiba hujan berhenti. Itu terjadi tiga kali. Ya sudah berarti rezeki saya bukan di sini,” katanya dikutip dari Youtube Pecah Telur, Senin (11/7).

BACA JUGA:  Keren! Wanita di Kulon Progo Ini Sukses Usaha Cokelat Wondis

Saptuari kemudian pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta untuk meneruskan sekolah SMA. Sedangkan ibunya bekerja sebagai babysitter di luar negeri

“Saat SMA saya belum punya motor. Jadi naik sepeda sejauh delapan kilometer ke sekolah,” ujarnya.

BACA JUGA:  Kisah Pemilik Kedai Digital Yogyakarta, Dimulai dari Jual Stiker

Ketika melihat teman sekolahnya yang lain naik sepeda motor, ada keinginan dari Saptuari untuk bisa memiliki motor juga.

“Setiap ada cewek naik motor, kok cantik banget. Saya lalu berpikir, saya juga mau punya motor,” kata dia.

Saptuari mengatakan dengan keterbatasan itu, dirinya mempunyai daya dorong yang lebih untuk bekerja keras.

“Meski motor pertama saya nggak beli sendiri. Saya dibelikan ibu untuk beli motor,” katanya.

Saptuari selepas lulus SMA kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan berjanji kepada ibunya untuk tidak meminta uang biaya.

“Saya cari uang dengan bekerja di Kopma UGM. Kemudian berjualan stiker di kampus-kampus di Yogyakarta, sampai ke Solo dan Semarang,” tuturnya.

Selain menjual stiker, dia juga berdagang celana dari kenalannya yang dipasok dari Bandung. Hasil keuntungan itu bisa untuk mencukupi kebutuhan kuliah dan sekolah adiknya.

“Dari situ saya sadar, ternyata kuliah sambil bekerja untuk membiayanya ternyata bisa,” ucapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ridho Hidayat

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA