GenPI.co Jogja - Mashudi, pria asal Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman yang berhasil meraup untung berlipat dari usaha budi daya nila.
Mashudi sebelum menekuni bisnis pembibitan ikan nila ini sempat melakoni usaha beternak sapi hingga bertani hortikultura.
Dia mengaku dua usaha tersebut mempunyai risiko yang cukup besar, karena ada saat momentum penurunan harga.
“Pas harganya sedang turun, bisa tidak kembali modal. Misal ketika bertanam cabai, ketika panen saat harga turun itu tidak aman bagi petani,” katanya dikutip dari DNTrust, Senin (9/5).
Mashudi lalu mencoba untuk menekuni budi daya ikan nila khususnya pembibitan yang tak terlalu besar risikonya. Namun belum memakai sentuhan teknogi.
“Saya pilih nila karena mudah menjualnya, dan kalau harganya turun pun tak terlalu drastis. Awalnya saya masih konvensional dan tidak memakai teknologi,” ujarnya.
Kolamnya dengan luas 600 meter persegi memakai cara budi daya manual hanya mampu menampung benih ikan sekitar 100 ribu ekor saja.
“Jika panen hanya 3 sampai 4 kuintal dan lamanya pelihara sampai masuk masa panen sekitar 3 bulan,” kata dia.
Mashudi lalu mulai menggunakan teknologi berupa sistem kincir di kolamnya. Hasilnya pun bisa berkali lipat.
Dari yang semula satu kolam hanya mampun 100 ribu ekor saja, menjadi 200 ribu ekor nila yang dipeliharanya.
“Panennya bisa sampai 1 ton 2 kuintal. Sedangkan masa pelihara juga cukup 2 bulan atau 55 hari saja,” tuturnya.
Menurutnya, teknologi kincir ini bisa mencukupi kebutuhan oksigen bagi ikan.
Selain memakai sistem kincir, dia juga memberikan vitamin tambahan bagi ikannya berupa telur dan susu.
“Telur dan susu ini untuk merangsang pertumbuhan ikan, sehingga lebih cepat masa panennya,” ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News