GenPI.co Jogja - Sampah rumah tangga jadi masalah di Kabupaten Kulon Progo.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulon Progo, dengan jumlah penduduk sejumlah 434.483 diperkirakan potensi timbunan sampah mencapai 173 ton per hari atau 63.260 per tahun.
Sedangkan sampah yang mampu ditangani di tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Banyuroto berdasarkan data timbang sebanyak 24-35 ton per hari.
Lalu, umur teknis zona landfill 1 TPA Banyuroto juga diperkirakan akan habis pada Maret 2022.
Untuk itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kulon Progo, Akhid Nuryati mendorong DLH untuk meningkatkan gerakan reduce, reuse, dan recycle (3R).
Menurutnya, saat ini sampah jadi persoalan serius karena jumlahnya terus meningkat.
Lokasi TPAS, menurutnya, juga harus mendapat perhatian khusus.
“Kami berharap pada 2022, setiap desa di Kulon Progo memiliki kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan bank sampah, khususnya di Kecamatan Temon, Wates, dan Panjatan sebagai wilayah penunjang kawasan Bandara Internasional Yogyakarta,” ujarnya, Rabu (24/11).
Menurutnya, penanganan sampah tidak hanya bergantung pada pemerintah.
Diperparah dengan TPAS yang cepat penuh karena masih rendahnya pengelolaan sampah.
“Ini problem kita semua dan perlu diselesaikan bersama. Sebagai langkah awal mari lakukan pemilahan mulai dari rumah tangga, kemudian kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan bank sampah dapat diberdayakan dalam pengolahan sampah,” katanya.
Padahal, sampah bisa menjadi peluang usaha karena bisa didaur ulang.
“Kalau tidak bisa didaur ulang, berupa sampah organik bisa menjadi kompos. Ini sangat menarik kalau BUMDes, bank sampah dan KSM bisa mengelola sampah karena bisa menjadi sumber pendapatan asli desa,” tutupnya. (Ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News