Cegah Stunting, Pemkot Yogyakarta Sosialisasi Bahaya Anemia

22 Oktober 2021 18:30

GenPI.co Jogja - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menggelar Orientasi Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja Putri dalam rangka Hari Kesehatan Nasional yang ke-57 di Ruang Bima Balaikota Yogyakarta, Jumat (22/10).

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi berharap, acara bertema “Launching Aksi Bergizi Cegah Stunting untuk Generasi Unggul 8.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)” tersebut dapat membuat para generasi penerus di Kota Yogyakarta unggul dalam pembangunan dan kemajuan daerah.

Saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri telah memiliki Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Daerah Mempersiapkan Generasi Unggul melalui Program 8.000 Hari Pertama Kehidupan Tahun 2021-2025.

BACA JUGA:  Sejumlah Wali Kota di Indonesia Jajal Monalisa di Yogyakarta

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, anak usia 5-14 tahun yang menderita anemia sebesar 26,4% dan pada usia 15-24 tahun sebesar 18,4%.

Artinya, hal ini berarti sekitar satu dari lima anak remaja di Indonesia menderita anemia.

BACA JUGA:  Keren, Kota Yogyakarta Miliki 525 Lokasi Layanan Internet Gratis

Pada 2019 sendiri pernah dilakukan survey di 10 sekolah yang menyasar 1.500 remaja putri dan hasilnya sebanyak 23% orang menderita anemia.

Apalagi, anemia pada remaja putri akan berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah dan nanti saat mereka sudah menjadi ibu hamil, dapat berisiko menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak optimal hingga menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan serta kematian ibu dan anak.

BACA JUGA:  Wali Kota Jogja Sebut Tantangan Pelestarian Budaya Makin Berat

Hingga saat ini, upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri perlu dilakukan dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, makan cukup sayur buah, dan minum tablet tambah darah secara teratur satu tablet tiap minggu.

Selain itu, ada juga program suplementasi TTD pada remaja putri yang dimulai sejak 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya penurunan stunting.

“Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi balita tahun 2020, prevalensi balita stunting di Kota Yogyakarta sebesar 14,3%, meningkat dibanding tahun 2019 yang berada di angka 12,3% ,” ungkapnya.

Sementara itu, Heroe Poerwadi mengatakan, 8.000 HPK merupakan masa dimulainya kehidupan seorang anak sejak masih dalam kandungan hingga masa remaja akhir berusia 19 tahun.

“Upaya ini dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan mulai dari masa anak dalam kandungan sampai masa remaja dengan meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan remaja. Program 8.000 HPK merupakan kelanjutan dari program nasional 1.000 HPK,” ungkap Heroe.

Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sudah bekerja sama dengan UNICEF untuk membuat Program Aksi Bergizi yang bertujuan memberikan literasi tentang kesehatan di usia remaja.

Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang pentingnya asupan zat besi di usia remaja, selain pencegahan anemia serta terdistribusinya dan dikonsumsinya TTD untuk remaja putri.

“Kita harus memperhatikan pola makan anak-anak sekarang, dimana banyak sekali yang menggunakan jasa online atau makan café/resto yang dikhawatirkan akan mengalami diabet karena berlebihan asupan makanan yang tidak seharusnya,” kata Heroe.

Selain itu, penyebab stunting sendiri bukan berasal dari kemiskinan, melainkan asupan gizi yang dimakan tidak seimbang.

“Kita makan apa yang tubuh kita butuhkan bukan membenarkan gaya hidup diet dengan tidak memperhatikan gizi yang seimbang. Nantinya asupan yang tidak seimbang akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak baik dan menjadi dominan penyakit baru yang dialami anak muda,” jelasnya.

Heroe pun berharap, semua kader di setiap sekolah ikut membantu memperhatikan pola makan siswa-siswi agar menjadikan generasi bangsa yang kuat, tercukupi gizi, sehat dan pintar untuk kemajuan pembangunan bangsa yang lebih baik.

“Mari seluruh kader dari setiap sekolah atur pola makan sesuai porsi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bukan berdasarkan keinginan atau gengsi,” tutupnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Budi Yuni Harto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JOGJA